JURNALISME ONLINE- Otoritas kesehatan di Amerika Serikat (AS) melaporkan adanya temuan dua strain cacar monyet yang berbeda di negaranya. Hasil itu diungkapkan berdasarkan analisis genetik dari kasus cacar monyet.
Monkeypox atau cacar monyet yang merebak di Amerika Serikat ini, sebelumnya diketahui sama seperti kasus infeksi di Eropa. Akan tetapi, pejabat kesehatan AS menyebut dari sejumlah sampel yang diperiksa justru ditemukan jenis yang berbeda. Pihaknya juga menyampaikan bahwa ada kemungkinan bahwa virus cacar monyet sudah menyebar tanpa terdeteksi selama beberapa waktu.
“Saya pikir sangat mungkin ada kasus cacar monyet di Amerika Serikat yang sebelumnya tidak terdeteksi, tetapi tidak terlalu parah,” ujar Wakil Direktur di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat, Jennifer McQuiston dilansir dar ABC News, Sabtu (4/6/2022).
“Mungkin ada penularan tingkat komunitas yang terjadi, di beberapa bagian Amerika Serikat di mana virus (cacar monyet strain berbeda) tersebut belum diidentifikasi,” lanjutnya.
McQuiston menekankan saat ini analisis terhadap lebih banyak pasien cacar monyet masih diperlukan, guna menentukan berapa lama penyakit ini telah beredar di negaranya maupun di negara lain. Meski jenis virus tersebut tidak menyebabkan keparahan, ia menegaskan masyarakat tetap perlu waspada dan tidak abai terhadap risiko penularannya.
Pasalnya, penyakit cacar monyet bisa ditularkan melalui kontak fisik dekat dan menimbulkan sejumlah gejala termasuk demam, pembengkakan kelenjar getah bening, serta muncul ruam pada wajah dan tubuh. Oleh sebab itu, CDC tengah berusaha untuk mendalami karakteristik dari infeksi cacar monyet maupun adanya potensi lebih banyak kasus yang akan dilaporkan.
Wabah cacar monyet diduga sulit dikendalikan Di sisi lain, ahli virologi di University of Saskatchewan Dr. Angela Rasmussen menuturkan temuan dua strain cacar monyet berbeda di Amerika Serikat mengartikan kemungkinan bahwa wabah cacar monyet akan sulit dikendalikan.
Terlebih masih belum jelas berapa lama infeksi telah terjadi, dan di mana saja wilayah yang sebenarnya sudah memiliki kasus cacar monyet. “Kami kurang memiliki pemahaman yang baik terkait berapa banyak kasus yang ada di luar sana,” terang Rasmussen.
Sebagai informasi, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat kasus cacar monyet telah menyebar di lebih dari 27 negara non-endemik. Cacar monyet yang dilaporkan hingga 2 Juni 2022, yakni sebanyak 780 kasus yang telah dikonfirmasi positif monkeypox.
Cacar monyet adalah penyakit endemik di beberapa bagian Afrika, termasuk Afrika Tengah dan Afrika Barat. Pasien umumnya terinfeksi melalui gigitan hewan pengerat atau hewan kecil. Penyakit cacar monyet ini juga tidak mudah menyebar antarmanusia.
Namun pada bulan lalu, kasus cacar monyet mulai muncul di Eropa dan Amerika Serikat. Beberapa di antaranya telah melakukan perjalanan internasional, sehingga pejabat kesehatan di berbagai negara pun sedang menyelidikinya.
Di Amerika Serikat sendiri, CDC mengidentifikasi setidaknya 20 kasus terkonfirmasi cacar monyet di 11 negara bagian. Sementara ini, banyak kasus yang dilaporkan negara non-endemik terjadi pada pria yang berhubungan seks dengan pria atau gay.
Kendati begitu, pejabat kesehatan negara tersebut menekankan bahwa siapa pun bisa terkena cacar monyet lantaran infeksi ini juga diidentifikasi pada seorang wanita heteroseksual. “Sejauh ini tidak ada kematian akibat cacar monyet yang dilaporkan di Amerika Serikat atau Eropa. Tapi itu bisa berubah jika infeksi mulai terjadi pada orang yang lebih rentan, seperti anak-anak atau orang dengan sistem kekebalan yang lemah,” pungkas Rasmussen.
Sumber : Kompas