JURNALISME ONLINE- Pihak berwenang di negara bagian Uttar Pradesh, utara India, menghancurkan rumah beberapa orang Muslim pada akhir pekan lalu.
Mereka dituduh terlibat dalam kerusuhan yang dipicu oleh pernyataan menghina Nabi Muhammad.
Dilaporkan Independent, umat muslim di seluruh India turun ke jalan untuk memprotes pernyataan yang dibuat terhadap nabi.
Pernyataan yang menyingung umat Muslim dilontarkan oleh mantan juru bicara Nupur Sharma dan kepala media Naveen Jindal dari partai nasionalis Hindu Bharatiya Janata Party (BJP).
Pernyataan itu juga memicu pertikaian diplomatik antara India dan negara-negara mitra dagang utama mayoritas Muslim di Timur Tengah dan Asia.
Nupur Sharma telah diskors dari partai sementara Jindal telah dikeluarkan karena reaksi diplomatik yang meningkat.
Namun, protes berubah menjadi kekerasan di beberapa negara bagian.
Bentrokan meletus antara umat Hindu dan Muslim serta pengunjuk rasa dan polisi di beberapa daerah.
Lebih dari 300 orang ditangkap hanya di Uttar Pradesh sehubungan dengan kerusuhan tersebut.
Setelah aksi protes, kepala menteri sayap kanan Yogi Adityanath memerintahkan para pejabat untuk menghancurkan tempat-tempat ilegal dan rumah orang-orang yang dituduh terlibat dalam kerusuhan.
Tiga rumah milik Muslim di Prayagraj, termasuk rumah seorang aktivis hak asasi, dibuldoser pada hari Minggu (12/6/2022).
Dua rumah yang dihancurkan adalah milik orang-orang yang dituduh melempar batu setelah salat Jumat.
Javed Mohammed, seorang politikus dan ayah dari aktivis Afreen Fatima, dilaporkan ditangkap pada hari Sabtu.
Keluarganya diminta untuk mengosongkan rumah pada jam 11 pagi pada hari Minggu.
Pihak berwenang mengklaim Javed Mohammed diberi pemberitahuan pada 10 Mei untuk hadir dalam sidang pada 24 Mei, namun tidak ia patuhi.
Klaim tersebut dibantah oleh pihak keluarga.
“Kami tidak melakukan aksi protes pada hari Jumat,” kata Fatima kepada Al Jazeera.
“Tak satu pun dari kami yang menjadi bagian dari protes yang terjadi di Allahabad.”
“Kami berada di rumah.”
“Kami telah membayar pajak rumah selama sekitar 20 tahun dan tidak sekali pun kami menerima pemberitahuan dari otoritas pembangunan bahwa rumah kami ilegal,” tambahnya.
Polisi setempat menuduh mereka menyimpan “senjata ilegal” di rumahnya saat pembongkaran.
Kritikus dan partai oposisi di India menuduh pemerintah BJP secara ilegal menghancurkan rumah-rumah Muslim dalam upaya untuk mengintimidasi kaum minoritas.
Perdana menteri Narendra Modi sejauh ini tetap bungkam.
Sekelompok pengacara telah menulis surat ke Pengadilan Tinggi Allahabad yang menyatakan bahwa pembongkaran rumah itu melanggar hukum.
“Tidak ada pemberitahuan sebelumnya tentang konstruksi ilegal yang diterima oleh terdakwa atau istrinya,” kata mereka kepada pengadilan.
Sementara itu, dua remaja Muslim meninggal karena luka tembak dalam bentrokan dengan polisi pada hari Jumat di Ranchi di negara bagian Jharkhand.
Laporan lokal mengatakan setidaknya 10 orang dirawat karena berbagai cedera.
Di Benggala Barat, pihak berwenang memberlakukan undang-undang darurat yang melarang pertemuan publik di distrik industri Howrah hingga 16 Juni.
Larangan itu diterapkan setelah protes yang menuntut penangkapan Sharma berubah menjadi kekerasan.
Presiden negara bagian BJP melakukan aksi duduk dan menuduh negara tetangga Bangladesh, negara berpenduduk mayoritas Muslim, menghasut kekerasan di negara bagian tersebut.
Ribuan orang juga turun ke jalan-jalan di Bangladesh dan Pakistan untuk memprotes pernyataan terhadap nabi.
Ribuan orang berjalan di jalan-jalan dekat Masjid Baitul Mukarram utama di pusat kota Dhaka, ibu kota Bangladesh, setelah salat Jumat.
Mereka juga meneriakkan slogan-slogan menentang pemerintah India dan Modi.
Sumber : Tribunnews