Jurnalisme Online
  • Redaksi
  • UU Pers
  • Kode Etik
  • Pedoman Media Siber
  • UU ITE
  • Peluang
    • Penulis
    • Lowongan Wartawan
    • Lowongan Perwakilan/Kaperwil
    • Jasa Buat Website
Selasa, Februari 7, 2023
  • Login
  • Register
ADVERTISEMENT
  • Depan
  • Keanggotaan
    • Daftar
    • Masuk
  • Berita
    • Nasional
    • Daerah
    • Kriminal
    • Politik
    • Artis
    • Olahraga
    • Ekonomi
    • Trading
  • Serba Serbi
    • Artikel
    • Gaya Hidup
    • Teknologi
    • Kesehatan
    • Hiburan
    • Fashion
    • agama
    • Hukum
    • Pendidikan
  • Peristiwa
  • Opini
  • Tips
  • Kisah
  • Keluarga
  • Peluang
    • Penulis
    • Lowongan Wartawan
    • Lowongan Perwakilan/Kaperwil
    • Hak dan Kewajiban
    • Jasa Buat Website
No Result
View All Result
  • Depan
  • Keanggotaan
    • Daftar
    • Masuk
  • Berita
    • Nasional
    • Daerah
    • Kriminal
    • Politik
    • Artis
    • Olahraga
    • Ekonomi
    • Trading
  • Serba Serbi
    • Artikel
    • Gaya Hidup
    • Teknologi
    • Kesehatan
    • Hiburan
    • Fashion
    • agama
    • Hukum
    • Pendidikan
  • Peristiwa
  • Opini
  • Tips
  • Kisah
  • Keluarga
  • Peluang
    • Penulis
    • Lowongan Wartawan
    • Lowongan Perwakilan/Kaperwil
    • Hak dan Kewajiban
    • Jasa Buat Website
No Result
View All Result
Jurnalisme Online
No Result
View All Result
  • Area Wartawan
  • Nasional
  • Daerah
  • Peristiwa
  • Artikel
  • Politik
  • Kriminal
  • Artis
  • Bisnis
  • Trading
  • Hukum
  • Kisah
  • Teknologi
  • Opini
  • Hiburan
  • Keluarga
  • Perempuan
JustForex
ADVERTISEMENT
Home Artikel

Jejak Kekerasan 1965 di Aceh Tengah: Kepala Manusia Diarak di Takengon

by redaksi
Juni 18, 2022
in Artikel, Daerah, Kriminal
0
Jejak Kekerasan 1965 di Aceh Tengah: Kepala Manusia Diarak di Takengon
0
SHARES
1
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter
Total Pembaca : 130

JURNALISME ONLINE- Jejak pembantaian 1965 di Aceh Tengah dapat dilacak dari kisah sebuah desa yang dicap desa PKI, arak-arakan massa membawa potongan kepala petinggi PKI, hingga teka-teki siapa yang membakar sebuah masjid dua bulan jelang G30S 1965.

Pemandangan horor di wilayah itu terjadi usai 1 Oktober 1965. Ketika itu, jenazah salah seorang pimpinan lokal PKI disembelih. Mayatnya kemudian dibuang dan kepalanya sengaja diarak keliling kota Takengon.

Arak-arakan massa menenteng potongan kepala ini menjadi tontonan sebagian warga kota itu ketika gelombang pembantaian terhadap orang-orang komunis tengah digencarkan.

Advertisement. Scroll to continue reading.

Aksi brutal itu hanyalah salah satu dari berbagai kasus kekerasan di wilayah itu dengan korban orang-orang komunis serta mereka yang dikaitkan dengan PKI.

Baca Juga Disini

Pemdes Kedokan Gabus Tetapkan APBDes Melalui Musrembang 2024.

Pemdes Kedokan Gabus Tetapkan APBDes Melalui Musrembang 2024.

07/02/2023
Kemenkeu Buka Suara,Anak Buah Sri Mulyani Diperiksa Terkait Kasus Korupsi

Kemenkeu Buka Suara,Anak Buah Sri Mulyani Diperiksa Terkait Kasus Korupsi

07/02/2023
Ini 5 manfaat Jambu Biji Yang Perlu Kita Ketahui

Ini 5 manfaat Jambu Biji Yang Perlu Kita Ketahui

07/02/2023
Ini Profil Staff DPRD Jambi, yang Anaknya Kecelakaan Bawa Pacar Bugil di Mobil Dinas

Ini Profil Staff DPRD Jambi, yang Anaknya Kecelakaan Bawa Pacar Bugil di Mobil Dinas

07/02/2023

Jumlah korban meninggal di Aceh Tengah terbilang paling tinggi jika dibandingkan beberapa wilayah lainnya di Aceh, ungkap penelitian sejarawan Australia, Jess Melvin.

Dokumen internal militer Aceh, seperti terekam dalam penelitian sejarawan Australia, Jess Melvin (dan diterbitkan dalam buku The Army and The Indonesian Genocide-Mechanics of Mass Murder, 2018 — akan diterjemahkan dalam bahasa Indonesia pada Januari 2022), menyebut setidaknya ada 500 orang dibantai di dataran tinggi itu.

Namun sebuah penelitian independen yang sedang berlangsung, memperkirakan operasi pembersihan orang-orang komunis itu mengakibatkan 2.500 mati terbunuh.

Advertisement. Scroll to continue reading.

Diperkirakan angka versi militer ini jauh lebih sedikit dari perkiraan para peneliti dan pegiat HAM. Diperkirakan 3.000 hingga 10.000 telah dibantai dalam kurun waktu 1965-1966 di Aceh.   Trauma akibat kekerasan dan stigma anti Tuhan, membuat sebagian besar keluarga penyintas 1965 di Aceh Tengah lebih memilih menutup rapat-rapat masa lalunya.

Namun demikian, sejumlah warga Takengon menawarkan semacam jalan keluar dari luka-luka masa lalu itu dengan caranya masing-masing.

Bagaimana nasib keluarga pimpinan PKI yang potongan kepalanya diarak?  

Kembali ke peristiwa arak-arakan membawa potongan kepala pimpinan PKI itu tadi. Lebih dari 55 tahun kemudian, tindakan sadis itu masih menghantui masyarakat di sana. Tapi, bagaimana nasib keluarga korban yang kepalanya diarak itu?

Tidak banyak yang tahu. Selama puluhan tahun keluarganya memilih mengubur dalam-dalam episode gelap dalam hidup mereka. Namun pada awal Oktober 2021 lalu, melalui sumber BBC News Indonesia di Takengon, salah seorang cucu sang korban menyatakan bersedia untuk bersaksi. Pria ini berusia 30an tahun. Siang itu kami bertemu di sebuah hotel di Kota Takengon. Kami semula mengira dia bersedia mengungkap jati dirinya, namun pada detik-detik terakhir dia meminta identitasnya disamarkan.

“Saya harus melindungi keluarga, ibu saya masih sakit,” kata Budi — bukan nama sebenarnya — menjelaskan alasannya. Alasannya lainnya, Budi khawatir kesaksiannya ini akan memancing tudingan seolah-olah dirinya “membela” PKI. “Padahal saya mau ungkap sebuah kebiadaban masa lalu,” katanya.

Dia tidak siap menghadapi bombardir stigma “PKI” diarahkan kepadanya. “Saya punya anak dan istri,” ujarnya. Akhirnya kami sepakat untuk menyamarkan identitasnya.

Kakek saya disembelih, dan kepalanya diarak di Takengon  

Cerita pun mengalir dari mulut Budi. “Kakek saya pengurus PKI dan serikat buruh di Aceh Tengah,” ungkapnya membuka kisah. Dia tinggal di Kota Takengon. Tidak lama setelah G30S 1965, kakeknya ditangkap bersama ratusan orang-orang tertuduh komunis lainnya.

Setelah sempat dipenjara, sang kakek dan tahanan lainnya dinaikkan ke dalam truk menuju kawasan perbukitan di pinggiran kota. Di sisinya ada jurang nan dalam. Masyarakat Takengon dan sekitarnya menyebut kawasan yang kadang-kadang diselimuti kabut itu sebagai bur Lintang — bur artinya gunung atau bukit dalam bahasa Gayo.

Di sanalah orang-orang yang kepalanya ditutup karung itu antre untuk disembelih atau ditembak. Tapi, “kakek saya lari, dia loncat” bersama dua orang lainnya. Sempat bersembunyi di hutan dan perkebunan kopi, dia memutuskan kembali ke rumah karena kelaparan. Di dalam rumah, neneknya dan anggota keluarga lainnya diinterogasi aparat.

“Nenek saya diikat di batang kopi,” ungkapnya. Singkat cerita, sang kakek akhirnya tertangkap dan dieksekusi di rumahnya. “Ditembak dulu lalu dipenggal [kepalanya].” Tanpa kepala, jenazah kakeknya dibuang ke bawah jembatan.

“Lalu, kepala kakek saya diarak di sekitar Takengon,” ujar Budi dengan kalimat datar. Arak-arakan itu kemudian berakhir di sebuah lapangan luas di pusat kota yang dipadati massa antikomunis. “Ini semacam pesta bahwa pimpinan PKI itu sudah mati,” ungkapnya, mengutip cerita ibu dan ayahnya.

Nenek saya alami gangguan mental, ibu saya memendam sendiri deritanya 

Sampai usia remaja, Budi tidak pernah mendapatkan informasi utuh tentang pembunuhan keji atas kakeknya. Juga apa yang melatari mengapa neneknya mengalami gangguan mental. Orang tuanya selalu menutup rapat-rapat tragedi itu. “Mungkin mereka tidak berani, ditutupi, karena dulu stigma [PKI] kuat sekali,” jelasnya. Budi kemudian teringat, ketika masih bocah, dia pernah menanyakan ihwal kebenaran desas-desus arak-arakan menenteng kepala kakeknya kepada orang tuanya, tapi dia tak mendapatkan jawaban memuaskan.

Rupanya, ibunya lebih memilih memendam ingatan pedihnya untuk dirinya sendiri. Seiring pengetahuannya yang terus bertambah, Budi kemudian berusaha meyakinkan ibunya supaya mau bercerita. “Tak usah lagi disembunyikan, ibu,” kata Budi, mengulang lagi percakapan dengan ibunya. Dia merasa yakin bahwa dengan berbagi cerita itu akan membantu meringankan beban masa lalu ibunya.

Markas Partai Komunis Indonesia (PKI) di Jakarta, pada 8 Oktober, hancur lebur oleh amukan massa, menyusul Peristiwa G30S.   Akhirnya,”dia mau cerita,” kata Budi. Menjelang kami wawancarai, Budi mengaku mengorek informasi terlebih dulu kepada ibu dan ayahnya — keduanya berusia 80an tahun — tentang tragedi itu.

“Semoga dengan kesaksian saya ini, membuat beban ibu saya berkurang,” katanya.

Yang mengerikan, anak-anak kecil pun dibantai  

Peristiwa sadis yang dialami keluarga Budi bukanlah contoh satu-satunya di Aceh Tengah. Sebuah penelitian independen mengungkapkan ada sebuah kasus kekerasan 1965 yang korbannya adalah anak-anak. “Dan, yang lebih mengerikan, yang mati dibunuh, bukan hanya orang tua, ada anak-anak yang dibantai,” ungkap Mustawalad, warga Takengon, yang meneliti kekerasan 1965 di Aceh Tengah. Informasi ini didapatkan Mustawalad dengan mewawancarai beberapa orang yang menyebut dirinya sebagai pelaku dan sejumlah saksi mata. Dia kemudian menyebut sebuah kampung di Kecamatan Kebayakan, Kabupaten Aceh Tengah.

“Kenapa mereka dibantai? Apakah bapaknya salat? Salat! Kenapa dibantai? Ya, karena PKI!” Mustawalad mengulang percakapannya dengan seseorang yang mengaku sebagai pelaku. Pembantaian terhadap anak-anak yang orang tuanya dicap komunis itu sempat membuat Mustawalad dihantui mimpi buruk. “Apa hubungan anak kecil yang masih sekolah dasar dengan [pilihan] politik orang tua mereka?” katanya saat ditemui BBC News Indonesia di Takengon, Oktober lalu.

“Kebodohan apa yang telah mereka lakukan? Saya tidak habis pikir,” tambah Mustawalad, yang pernah aktif di organisasi Kontras di Jakarta dan Banda Aceh. Kejadian kekerasan ini kemudian memotivasi dirinya untuk meneliti berbagai peristiwa kekerasan 1965 di tanah kelahirannya. Sejak 2006, Mustawalad melakukan penelitian secara independen.

Dia mewawancarai korban dan keluarganya, para pelaku, saksi mata serta mendatangi lokasi pembantaian di Aceh Tengah. Bersama Mustawalad, kami kemudian mendatangi salah-satu lokasi pembantaian, yaitu di Bur Lintang. Jaraknya sekitar 21km dari Takengon. Ini adalah kawasan pegunungan yang memiliki tebing curam dan dalam. “Ini salah-satu lokasi di mana sebagian besar korban dibantai,” ungkapnya. Di Aceh Tengah ada sekitar 13 lokasi pembantaian.

“Dari riset awal, kami menemukan sekitar 2.500 korban. Bandingkan saja dengan jumlah penduduk Aceh Tengah yang hanya 25.000 pada saat itu,” katanya. Mustawalad juga pernah menulis bahwa banyak warga yang ditangkap dan dibantai karena hanya mendapat informasi yang tidak jelas. “Informasi ini lebih banyak berdasarkan fitnah,” tulisnya di Majalah Pantau, awal Februari 2008. “Biasanya pelapor mempunyai dendam pribadi terhadap korban… Tak ada verifikasi, yang dituduh dapat langsung di-PKI-kan dan selanjutnya dibantai,” lanjutnya.

Mustawalad pernah mewawancarai Ibrahim Kadir, penyair asal Gayo, Aceh Tengah, yang sempat ditahan dan terancam dieksekusi. Belakangan terungkap Kadir ditangkap “karena informasi yang salah”. Kadir bukanlah anggota PKI, tetapi PNI.

Dalam risetnya, dia juga menemukan bahwa pembantaian orang-orang yang dituduh PKI di Gayo juga dilatari dendam politik masa lalu. Ada sejumlah eks-pasukan DII/TII membalas dendam dengan ikut membantai orang-orang yang dicap PKI. “Rasakan ini pembalasan kami, gara-gara kamu [korban PKI] menjadi milisi, susah sekali kami,” ungkap Mustawalad, menirukan suara pelaku pembantaian. Selama pemberontakan DI/TII di Aceh, PKI mendukung sikap Jakarta yang mengirim pasukan untuk menumpas pemberontakan.

Mengunjungi Desa Nosar yang pernah dicap desa PKI  

Salah-satu lokasi penelitian Mustawalad adalah Kampung Mude, Desa Nosar, di pinggir Danau Air Laut Tawar, Takengon. Pada 1965, sedikitnya 60 orang warga dari desa ini dibunuh karena dituduh komunis. Siang itu, pada pekan ketiga Oktober 2021, ketika langit berwarna alumunium, saya dan videografer BBC News Indonesia, Anindita Pradana, mengunjungi desa nan tenang itu.

Di salah satu sudut kampung itu berdiri sebuah masjid kuno. Di sanalah, kami bertemu Syahbandar, 52 tahun, salah seorang yang dituakan. Syahbandar mengatakan, tuduhan desa PKI itu sangat melukai warga, karena seolah-olah mereka dianggap antiTuhan. “Itu tidak benar,” katanya berulang-ulang. Dia kemudian mengungkapkan beberapa orang warga Desa Nosar yang dibunuh itu adalah “orang-orang pintar”.

“Ada isu (mereka yang ditangkap) adalah anti-Tuhan. Itu harus kami bantah, karena mereka yang tertumpas dan kena tangkap adalah tokoh-tokoh (intelektual dan agama),” ujarnya. Akan halnya ada sekitar 60 orang warga desa itu dibunuh, menurutnya, karena mereka tidak lari. Termasuk seorang imam di kampung itu “Mereka tidak lari, karena mereka pikir mereka tidak bersalah dan ini adalah negara hukum,” kata Syahbandar.

Dia juga menggarisbawahi bahwa kebanyakan warga Nosar yang dibunuh pada 1965 “tidak tinggal di desa, tapi di kota.” Demi membersihkan desa itu dari stigma PKI, Syahbandar bahkan menemui seseorang ulama berinisial TB yang disebutnya ikut terlibat pembantaian atas orang-orang yang dicap komunis di Aceh Tengah.

Sumber : VIVA

redaksi (1)

Bagikan ini:

  • Twitter
  • Facebook

Terkait

ShareTweetPin

Artikel Terkait

Pemdes Kedokan Gabus Tetapkan APBDes Melalui Musrembang 2024.
Daerah

Pemdes Kedokan Gabus Tetapkan APBDes Melalui Musrembang 2024.

by Sawano
Februari 7, 2023
0

Jurnalisme.online Indramayu 07 Februari 2023 Musyawarah Perencanaan Pembangunan ( Musrembang ) Pemerintah Desa Kedokan Gabus kecamatan Gabuswetan kabupaten Indramayu Jawa...

Read more
Kemenkeu Buka Suara,Anak Buah Sri Mulyani Diperiksa Terkait Kasus Korupsi

Kemenkeu Buka Suara,Anak Buah Sri Mulyani Diperiksa Terkait Kasus Korupsi

Februari 7, 2023
Ini 5 manfaat Jambu Biji Yang Perlu Kita Ketahui

Ini 5 manfaat Jambu Biji Yang Perlu Kita Ketahui

Februari 7, 2023
Ini Profil Staff DPRD Jambi, yang Anaknya Kecelakaan Bawa Pacar Bugil di Mobil Dinas

Ini Profil Staff DPRD Jambi, yang Anaknya Kecelakaan Bawa Pacar Bugil di Mobil Dinas

Februari 7, 2023
2 Lokasi Kampung Narkoba Digerebek Sat Narkoba Polres Binjai

2 Lokasi Kampung Narkoba Digerebek Sat Narkoba Polres Binjai

Februari 7, 2023
Next Post
G30S PKI: PA 212 Ajak Rakyat Kibarkan Bendera Setengah Tiang

G30S PKI: PA 212 Ajak Rakyat Kibarkan Bendera Setengah Tiang

Komentar Dong!! Batalkan balasan

  • 297 Followers

PELUANG

Recommended

Fuad Kabur ke Palembang, Saat Mengetahui Pelajar yang Dipacarinya Hamil hingga Melahirkan Prematur di Toilet

Fuad Kabur ke Palembang, Saat Mengetahui Pelajar yang Dipacarinya Hamil hingga Melahirkan Prematur di Toilet

Agustus 26, 2022
PKK Kelurahan Jatiwaringin Sukses Adakan Lomba Daur Ulang Barang Bekas.

PKK Kelurahan Jatiwaringin Sukses Adakan Lomba Daur Ulang Barang Bekas.

Januari 28, 2023
Program Pemberdayaan Masyarakat Untuk Perbaikan Infrastruktur Lingkungan Permukiman

Program Pemberdayaan Masyarakat Untuk Perbaikan Infrastruktur Lingkungan Permukiman

Desember 13, 2022
Critiano Ronaldo Resmi Bergabung Di Klub Al Nassr

Critiano Ronaldo Resmi Bergabung Di Klub Al Nassr

Desember 31, 2022
Viral Pengemis Marah hingga Lempar Sandal Karena Tak Diberi Uang

Viral Pengemis Marah hingga Lempar Sandal Karena Tak Diberi Uang

Juni 24, 2022
Polres Temanggung Amankan Suami Istri Penjual Obat Daftar G

Polres Temanggung Amankan Suami Istri Penjual Obat Daftar G

Agustus 8, 2022
Facebook Twitter VK Youtube RSS
Kepala BNN RI Berikan Kuliah Umum Kepada Taruna Akmil Penjaga Nilai Bangsa, Jangan Coba-Coba Narkoba!.

Kepala BNN RI Berikan Kuliah Umum Kepada Taruna Akmil Penjaga Nilai Bangsa, Jangan Coba-Coba Narkoba!.

Februari 7, 2023
Pertamina RU VI MoU Bersama PLN” Pasok Kebutuhan Listrik Untuk Komplek Perumahan Pekerja.

Pertamina RU VI MoU Bersama PLN” Pasok Kebutuhan Listrik Untuk Komplek Perumahan Pekerja.

Februari 7, 2023
R.Dewi Hariri Ketua PKK Jatiwaringin Hadiri Pertin DiBalai kota Patriot Bekasi.

R.Dewi Hariri Ketua PKK Jatiwaringin Hadiri Pertin DiBalai kota Patriot Bekasi.

Februari 7, 2023

AMBIL BONUS ANDA

JustForex

KATEGORI

  • agama (157)
  • Artikel (476)
  • Artis (122)
  • Bencana Alam (34)
  • Bisnis (143)
  • budaya (44)
  • Daerah (996)
  • Ekonomi (89)
  • Fashion (11)
  • Gaya Hidup (27)
  • Hiburan (35)
  • Hukum (141)
  • Internasional (116)
  • Keluarga (27)
  • Kesehatan (123)
  • Kisah (34)
  • Kriminal (315)
  • kuliner (15)
  • Lowongan Kerja (1)
  • Militer (81)
  • Nasional (1,135)
  • Olahraga (92)
  • Opini (23)
  • Pemerintah (102)
  • Pendidikan (139)
  • Perempuan (46)
  • Peristiwa (690)
  • Politik (216)
  • POLRI (449)
  • Ramalan (5)
  • Serangga (2)
  • Teknologi (14)
  • Tips (20)
  • TNI (20)
  • Trading (150)
  • Tranding (54)
  • Viral (83)

PORTAL JURNALISME ONLINE

Copyright © 2022 Portal Jurnalisme Online - Website dibuat oleh INDOMETRO GRUP.

No Result
View All Result
  • Redaksi
  • UU Pers
  • Kode Etik
  • Pedoman Media Siber
  • UU ITE
  • Peluang
    • Penulis
    • Lowongan Wartawan
    • Lowongan Perwakilan/Kaperwil
    • Jasa Buat Website

Copyright © 2022 Portal Jurnalisme Online - Website dibuat oleh INDOMETRO GRUP.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In